Senin, 16 Juli 2012

Started From Social Media


oleh Desy Oktaviani

Semua ini berawal dari social media. Semenjak beberapa tahun silam, sosial media benar-benar telah memengaruhi kehidupan pribadiku. Kemunculan Facebook, dan Twitter tak bisa kupungkiri dengan cepat dan mudah telah mengubah kehidupanku. Hari itu, sekitar setahun lalu, saat masih duduk di bangku kelas satu SMA, aku tengah memperhatikan sekitarku dari koridor depan kelas. Melihat kebawah, memperhatikan gerak-gerik kakak kelasku yang saat itu sudah di bangku kelas 3. Ya, itulah kebiasaanku saat istirahat dan saat guru bidang studi absen. Diam dan memperhatikan sekitar.
Di balkon kelas itu, sekitar setahun lalu, aku melihat seorang gadis bertubuh mungil, cantik, senyumnya manis, rambutnya indah dan satu hal yang membuatku selalu ingat padanya, ia selalu mengenakan pita di rambutnya. Membuat ia terlihat semakin cantik. Wajahnya familiar sekali. Kini aku mulai mengingat kejadian itu lagi. Ternyata ia kakak kelasku sewaktu di Sekolah Menengah Pertama. Setelah mencari tahu dan bertanya ke teman-teman sebaya, akhirnya aku tahu, Mira namanya. Nama yang indah dan cocok untuk perempuan sepertinya. Entah mengapa, mulai saat itu aku mulai sering memperhatikannya.
Kriiiiiinnggggg...”
Bel sekolahpun berbunyi. Petanda kalau proses belajar-mengajar telah selesai. Siang itu aku tengah membaringkan tubuh di kasur kamar yang selama dua tahun ini menjadi tempat melepas lelah dan penat setelah seharian beraktivitas. Saat itu, statusku adalah seorang pelajar dan juga pengguna aktif sosial media, khususnya Twitter. Seperti biasa, siang itu aku membuka akun Twitter pribadi. Di timeline, aku melihat seorang temanku me-ReTweeted dari akun Twitter bernama @miraelsya. Yap, ini adalah akun twitternya Mira, kakak kelasku yang akhir-akhir ini sering kuperhatikan.
Singkat cerita, beberapa bulan kemudian aku mulai mengenal Kak Mira lebih dekat melalui Twitter. Pelahan aku pun tahu bahwa Kak Mira memiliki seorang kekasih yang juga ketua osis di sekolahku. Kak Mira adalah gadis yang ramah, dan karena keramahannya itu dia membuka dirinya untuk siapa saja yang ingin mengenalnya lebih dekat, walau hanya sebatas berbalas mention. Entah bagaimana ceritanya, sejak saat itu aku menjadi merasa benar-benar dekat dengannya. Setahun berlalu, Kak Mira harus meninggalkan bangku SMA dan melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Universitas Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi tujuannya. Hari itu ia akan mengikuti Simak UI. Aku langsung membuka ponselku dan mengetik pesan yang berisikan doa untuknya. Lalu dia pun menjawab dengan penuh keyakinan. Sekitar seminggu kemudian, aku menanyakan hasil simak UI-nya. Ia gagal, namun ia tak pernah berlarut-larut dalam kesedihan. Ia bangkit dan yakin kalau tuhan memiliki rencana lain yang lebih baik untuknya. Sekarang ia melanjutkan studinya di Universitas Multimedia Nusantara. Universitas swasta yang terbilang baru namun memiliki kualitas yang tak kalah dengan universitas-universitas swasta atau negeri lainnya. Aku salut akan semangatnya, kegigihannya dan keyakinannya akan hidup. Perempuan cantik berambut indah itu tanpa kusadari telah membuat aku berdecak kagum atas apa yang telah ia perbuat untuk dirinya.
Saat itu, setahun lebih ia telah menjalin hubungan dengan kekasihnya. Namun kini seperti ada yang berubah. Aku tak lagi melihat sapaan hangat mereka berdua di timeline ketika pagi. Aku tak lagi melihat candaan konyol mereka ketika sore dan ucapan selamat tidur mereka ketika malam. Kau tahu, kekasih Kak Mira itu satu tahun lebih muda darinya. Jadi ia adalah adik kelas Kak Mira pada saat itu. Aku mendengar kabar bahwa sekarang hubungan mereka telah berakhir. Tentu saja aku terkejut dengan berita itu. Pasangan kekasih yang aku tahu selama ini baik-baik saja sekarang telah berubah status. Tapi yang lebih mengiris hatiku adalah, kabarnya sang laki-laki telah menyukai perempuan lain yang tak lain tak bukan adalah teman se-angkatanku yang juga juniornya di OSIS. It’s hard to believe!. Aku mengkhawatirkan keadaan fisik Kak Mira saat ini, terlebih kondisi psikologisnya. Bagaimana keadaan ia sekarang setelah mengetahui bahwa orang yang ia cinta dan percaya selama satu tahun lebih ini dengan mudahnya mengingkari semua janji-janjinya, melupakan jutaan kata-kata cintanya dan melupakan semua kenangan masa lalunya, kemudian menutup buku lama dan tanpa pikir panjang membuka lembaran baru dengan yang lain.
Siang itu sepulang sekolah, aku dan sahabat-sahabatku memutuskan untuk pergi ke mall baru di kota kami untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi dan berberapa donat. Saat tengah asyik mengobrol, pandanganku tertumbuk pada sesosok wanita yang dari kejauhan terlihat tak asing lagi di mataku.
Kak Mira!” aku sedikit berteriak
Hah? Deeeessssyyyy!” ia memanggilku dan segera menyambutdengan pelukan hangatnya.
Yaampun, Kak. Aku kangeeeen banget”
Iya sama, aku juga. Nggak nyangka bakal ketemu disini.Hehehe...”
Setelah ikut duduk bareng, dari mulut Kak Mira aku pun mendengar bahwa ternyata ia sudah putus dengan pacarnya. Sungguh, aku tak rela jika harus melihat senyum yang terukir di wajahnya itu sedikit demi sedikit terkikis dan hilang saat ia menceritakan hubungannya dulu dengan mantan kekasihnya. Siang itu dia banyak bercerita, hingga kamipun terlarut dalam kisahnya. Tanpa sadar, aku terus memerhatikan wajahnya dan melihat airmata telah membendung di kelopak matanya. Aku yang saat itu berada tepat di sampingnya refleks menangis mendengar ceritanya, dan melihat ia tengah membendung air mata yang sebentar lagi akan jatuh. Tapi aku tahu, Kak Mira tegar. Mungkin ia terlalu lelah menangisi semua ini. Menghadapi kenyataan bahwa orang yang mengajarkannya banyak hal,yaitu kesederhanaan, arti kebahagiaan dan cinta kasih, kini memutuskan untuk pergi dari kehidupannya. Kak Mira mengatakan bahwa mereka memiliki satu buku yang berisi janji-janji mereka berdua saat mereka masih bersama. Bahkan mereka memiliki mimpi untuk membangun hubungan rumah tangga dan itu dituliskan dalam sebuah buku yang mereka tandatangani. Namun ternyata tuhan berkata lain, Kak Mira harus menghentikan semuanya sebelum ia tersakiti terlalu jauh. Ia yang selalu ceria dan kerap berhasil menutupi kesedihannya itu, kini benar-benar telah kehilangan senyum indahnya. Tawa riangnya telah berganti dengan tangis sedih.
Usai bertemu Kak Mira siang itu, malam harinya aku memutuskan untuk membuka blognya dengan nama akun mirabarney.blogspot.com. Belum lagi lima menit aku membacai tulisan yang baru saja ia posting, aku pun tak kuasa menahan airmata. Dari tulisannya, aku tahu sekarang ia sangat terpukul dan sedang mencoba bangkit untuk menyusun kembali serpihan-serpihan semangatnya dulu. Membaca tulisan itu membuatku tergugah untuk memberikan dorongan untuknya agar tidak terus-menerus berada dalambayangan masa lalu. Ia harus melihat kedepan dan memperhatikan sekitarnya, bahwa masih banyak orang yang ingin dia tetap menjadi Mira yang dulu. Mira yang tak henti tersenyum dan selalu membawa kebahagiaan kepada orang di sekitarnya. Malam itu juga aku memutuskan untuk mengomentari tulisannya. Aku berharap komentar itu dapat sedikit mengubah keadaan psikologisnya dan membuat ia sadar bahwa senyumnya adalah sebentuk kebahagiaan untuk orang-orang terdekatnya.
Kak Mira sempat terkejut membaca komentarku. Ia tidak mengira kalau aku akan membaca blognya. Sesungguhnya, ia mau membaca komentar itu saja sudah cukup untukku. Tapi kali ini ia memutuskan untuk memposting komentar itu ke dalam blognya. Beginilah tulisan yang aku ketik malam itu untuknya.
Dear: Kakakku tercinta, Mira Elsya Nadia
Aku baru membaca postingan blog kakak ini jam 21:50. Diaz memberitahuku untuk membacanya tadi pagi. Katanya ia tidak bisa menahan airmata saat membaca tulisan kakak ini. Diaz benar. Akupun tak kuasa menahan airmataku, Kak. Seperti kata pepatah,semakin besar pohon,semakin besar juga angin yang menerpanya. Kakak tau artinya? Kakak adalah pohon besar itu. Kakak adalah manusia yang sekarang sedang diberi cobaan oleh Yang Mahakuasa. Aku percaya kakak pasti bisa menghadapi semua ini. Karena Allahtidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Allah sedang menyayangi kakak. Dia sedang mengukur sampai mana kira-kira kemampuan kakak dalam menghadapi cobaan yang diberikan-Nya.
Sekarang,sudah tidak ada lagi yang bisa kakak harapkan dari seorang yang jelas jelas telah mengkhianatimu,Kak. Pergi jauh-jauh dari kenangan masa lalu itu. Meski indah, namun percayalah,Kak,tuhan pasti punya rencana lain. Habis gelap,terbitlah terang. Anjing menggonggong,kafilah berlalu. Nasi sudah menjadi bubur,Kak. Menyesalpun tak ada guna. Lebih baik sekarang kakak bangkit dan buka mata selebar-lebarnya, dan lihat di sekelilingmu. Masih banyak orang yang lebih menderita bahkan hampir tak sanggup memikul beban yang di tanggungnya. Kakak masih beruntung. Masih banyak orang-orang yang peduli padamu. Masih banyak orang yang mengharap senyum manis dan tawa riangmu yang dulu,terbit lagi di raut wajah yang ceria itu. Tersenyumlah,Kak. Tersenyum untuk dirimu,ayah,ibu,sahabat-sahabatmu,kakak dan juga adik-adikmu. Tersenyumlah karena Allah itu adil. Allah masih membiarkan malaikat-malaikat kecilnya menari-nari bersamamu,Kak. Bukankah itu sebuah kebahagiaan yang tiada tara? Jujur,akupun tak kuasa menahan tetesan air mata setiap mengingatmu,Kak. Mengingat ceritamu,mengingat betapa indahnya kenangan yang dulu kau miliki. Kak,yang terbaik ialah apa yang kau miliki sekarang.
Berat memang meninggalkan rumah yang sudah kita tinggali sejak kecil. Meninggalkan teman-teman,tetangga,dan kenangan-kenangan yang sudah terajut sejak kecil. Semoga kenangan-kenangan itu bisa muncul kembali dan membuat Kakak tersenyum lagi. Tersenyum dan menyadari bahwa Kakak tidak bisa terus-menerus tinggal di masa lalu. Kakak harus bangkit dan terus berjalan menuju pintu masa depan yang sudah terbuka lebar bagi orang yang hatinya mulia seperti Kakak. Karena bisa mengikhlaskan dia yang Kakak sayang bahkan cintai, dan merelakan dia pergi dengan yang lain. Inilah hidup,Kak,hambar rasanya bila tanpa masalah. Beruntunglah kita orang-orang yang masih diberikan masalah dan cobaan oleh Allah. Semua masalah dan cobaan yang datang adalah sesuatu yang bisa menandai sampai mana kira-kira derajat kita. Sudahkah kita menjadi manusia yang berkualitas dan cukup dewasa untuk menyelesaikan dan menghadapi masalah tersebut.
Kak,ucapkan selamat datang untuk semua kebahagiaan baru,semangat baru dan senyuman yang lebih indah dari sebelumnya. Selamat datang Kak Mira yang baru! Kak Mira yang lebih bisa menerima kenyataan. Kak mira yang tak bisa berhenti menebar kebahagiaan. [DOV]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar