Minggu, 10 November 2013

Desember yang Bahagia






Aku ingin menyapa mentari seperti pagi itu
Aku ingin menjadi yang hangat dalam malam mu
Angan tentang rintik hujan dan langkah kali kita
Masihkah ada yang tersisa dari desember yang bahagia?

Kegelapan sesekali harus mengenalmu, iya, kamu yang nyalanya membuat rindu
Jika ada sepercik api rindu di dada, mungkinkah kau sulut sumbunya?
Karena malam hanya tersisa hampa dan dinginnya tanpa ragamu
Akankah rindu yang menyesakkan ini kau jemput pemiliknya?

Kamis, 26 September 2013

Menjenguk Rindu


Sayang, tolong sampaikan terimakasihku pada mentari karena hangatnya telah membangunkan pagi.

Sayang, masih adakah sisa sinar tuamu yang dulu selalu tenggelamkanku pada mimpi-mimpimu?

Sayang, milik siapakah mimpi semalam tadi?

Semalam aku dan kamu berbagi hangat bahagia sepasang kekasih. Dalam mimpi, kau memikul ingatanku.

Sayang, wajah-wajah itu mengingatkanku padamu. Ah, aku sedikit rindu. Sisanya, aku sangat rindu kamu!

Sayang, tulisan ini sungguh tak pernah diam. Bahkan dalam keramaian hatimu, ia berteriak merayu untuk kau jenguk rindunya.


"Dan setelah sinarmu tak lagi bangunkan pagi, mengapa aku masih menyebutmu CINTA?"

Selasa, 23 Juli 2013

Merentang (Pulang)

Baru saja wajah senja hangat menatapku, kemana kau pergi, angin timur?
Tetaplah berhembus disini, bersama sejukan dada dengan lembutmu.
Sebenar benarnya dirimu adalah angin yang membawa rinduku muara ke sungaimu.
Jika malam kau tak tahu dimana tinggal cahaya, didadakulah ia bersemayam.
Dengan segala keresahan atas penantian, tak ada yang lebih muram dari guratan nyala purnama pucat malam.
Waktumu tak sampai satu malam, aku sudah kehabisan ruang pengaduan, untuk rinduku bersemayam.
Pulanglah angin timur, angin pembawa sejuk, milik segala yang rindunya tak pernah mengenal malam.