Jumat, 27 Juli 2012

Adakah yang Hilang?

Air mata sebenar-benarnya adalah ketabahan
Senyuman sebaik-baiknya adalah keikhlasan 
Dan mencintaimu adalah kebahagiaan
Lewat pelukanmu aku belajar ketabahan 
Bahwa sehangat-hangatnya pelukan adalah milik rembulan
Sedang membelaimu adalah kearifan
Selalu ada sesuatu yang disembunyikan
Entah binar matamu yang kini hilang
Ataukah kalbuku yang tak lagi terang?
Tahukah bintang-bintang berkata apa, sayang?
Mereka rindu memandikanmu dibawah cahaya rembulan.

Karena Aku

Malam begitu pengap bagi kita. Pagi pun lamat - lamat meraba luka.
Aku terlalu jauh mendamba cinta. 
Untukmu, yang berdiam di tiap sajak -- yang kupunya.
Akulah sungai tak berhulu yang ingin mengairi kerontangnya tanah kalbumu.
Aku juga sang perindu. Di pangkuanku, langit menjadi kelabu. 
Dan bayanganmu, seolah sirna dilahap waktu.
Aku kini terhenti padamu. Terjebak dalam dekapan waktu. 
Berulang kali terengah-engah karena merindumu.
 Lepaskan aku, sayangku. 
Cukup sudah kau layarkan perahumu.
 Berhentilah sejenak, jatuhkan jangkarmu tengah lautan rinduku
Lalu, biarkan sayap-sayap biru milikmu mengelu-elukan namaku.
Karena aku hanya tak bisa berhenti merindumu.
 

Selasa, 17 Juli 2012

Setangkai Rindu

Kamu adalah setangkai mawar yang rapuh.
Berkelopak kesedihan dan akhirnya jatuh.
Kamu juga akar pohon.
Menelusup jauh ke jantung rinduku.
Menyelinap ke sela-sela jemariku.
Sore ini, kan kuguratkan wajah senja.
Dengan lirihnya kuas rindu--diatas kanvas putih.
Bersama setumpuk rinduku yang bersemayam didalamnya.
Bolehkah aku seharian menghujanimu dengan pelukan-dekapan-kecupan di tanah kablumu?
Dalam dekap hangat tubuhmu? Bolehkah?
Sajak ini adalah setangkai rindu milikku.
Dan bila malam telah datang, aku menjadi bisu.
Di pelukan rembulan aku terpejam dan bayangmu kian jelas melukis malam.
Dalam sunyinya langit kerinduan aku memanggilmu, sayang.

Rindu Sang Penjaga.


Kelak akan kau temui senja yang larut dalam sentuhan rindumu, sayang.
Seperti senja yang pernah kau kecup bersamaku. 
Seperti senja yang memandikan kita berdua.
Ditepian senja kupeluk erat rindu milikmu.
Aku lirih, rinduku tak jua temui siapa tuannya.
Aku menengadah, menatap lekat-lekat bayang rinduku di langit senja.
Hingga senja menepi, aku hanya mematung membayangkanmu.
Ah, malam. Indah, seperti rindu yang tak-terkatakan.
Seperti rindu yang barangkali terbayar oleh dekap hangat tubuhmu.
Dibawah kilau rembulan aku harap rindu ini temui tuannya.
Tapi, bahkan semilir angin malam pun tak mampu bawakan bau tubuhmu ke dekapanku.
Aku merindumu, sayang. Rindu yang tak lagi mampu kubendung.
Rindu yang dirasakan sang penjaga kepada tuannya.

Senin, 16 Juli 2012

Seperti 3 Tahun yang Lalu



Angin pagi menyambut hari, dedaunan basah, pepohonan menari-nari dengan angin dan rintik hujan. Langit membiru haru, kicau burung berganti nyanyian hujan, kepakan sayap kupu-kupu berganti hembusan angin, tanahpun mulai menebar wanginya. Hawa dingin menusuk sampai ke tulang, sapaan hangat sang mentari tak lagi kurasa. Salam hangat dari sinarnya kini berganti kabut. Gelap mengepung, langit tak lagi berhias awan putih. Abu-abu kini warnamu. Seperti itulah kira-kira pemandangan pagi selama 2 bulan ini. Aku benci hujan di pagi hari. Aku tidak tahu kapan tepatnya aku mulai membenci itu, namun yang pasti aku membencinya. Udara dingin merayuku untuk kembali terbaring di tumpukan busa ini. Namun aku belum cukup kuat untuk mengangkat tubuhku dari tumpukan busa ini. Meskipun pagi ini mentari belum terlihat di ufuk timur, tetapi itu tak bisa menjadi alasan untuk tetap terlena di kegelapan pagi ini.
Sepertinya alam tahu betul apa yang sedang kurasakan saat ini. Laiknya hujan di pagi hari. Pikiran ku tertutup tebalnya kabut, mataku seperti awan mendung yang tak lama lagi akan meneteskan air karena telah membendung begitu banyak air dan kemudian jatuh. Ini kali pertamanya aku benar-benar jatuh dan merasakan betapa sulitnya untuk bangkit kembali, betapa sulitnya menyusun kembali serpihan semangat hidupku yang berserakan, tertiup angin dan kemudian beberapa dari serpihan itu hilang. Sepertinya kini hatiku telah membeku.
Lelaki yang lebih kurang sudah ku kenal selama 3 tahun itu kini tak akan lagi menghias hari dan menyambut pagi. Kepercayaannya, cinta, dan kasihnya harus ia korbankan untuk wanita yang selama 3 tahun ini menemani hari-harinya. Kami saling melengkapi satu sama lain. Namun kini semua itu hanya tinggal kenangan masa lalu. Karena 3 minggu lagi aku harus menempuh hidup baru bersama lelaki pilihan orangtuaku. Keadaan yang memaksaku. Aku tak punya pilihan lain, lari dari kenyataanpun rasanya tak mungkin. Aku merasa belum bisa memberikan apa-apa kepada orangtuaku sampai saat ini. Mungkin hanya dengan cara ini aku membalas budi baik mereka kepadaku. Selama 3 tahun ini kami dekat, sebatas sahabat. Bodohnya kami yang baru belakangan ini menyadari bahwa mulai tumbuh benih-benih cinta diantara kami. Bodohnya kami yang terlalu mementingkan ego dibandingkan perasaan kami. Kini kami berdua harus mengubur dalam-dalam perasaan cinta yang terlanjur tumbuh ini. Sekarang, kami harus menelan pahitnya semua ini karena kenyataan tidak selalu seperti apa yang kita ingin dan pikirkan sebelumnya. Aku ingat betul bagaimana awal perkenalanku dengan Nino 3 tahun silam.
Facebook lah yang mengawali perkenalanku dengan Nino. Siang itu aku duduk di teras depan rumah sambil memperhatikan tulisan-tulisan di layar handphoneku.
Nino Baskoro wants to be your friend” kemudian aku mengkonfirmasinya sebagai teman dan mengiriminya wall.
thankyou” dan beberapa menit kemudian nino membalasnya
yes, you’re welcome. Nice to know you”
Bermula dari wall Facebook, semakin lama kami semakin dekat dan aku mulai merasa nyaman dengannya. Aku sering bercerita tentang keluarga dan kerabat dekat bahkan hidupku kepadanya. Ia selalu bisa memberikan solusi terhadap semua masalah yang pernah kuhadapi. Tak peduli seburuk apapun keadaan psikologis dan fisikku saat itu, ia tak kenal lelah menyemangatiku dan meyakinkanku bahwa sebesar apapun masalah yang sedang kuhadapi saat itu, Allah akan selalu membuka jalan keluar untukku.
man jadda wajada berlian, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil” sepenggal kalimat yang tak hentinya terngiang di telingaku sampai saat ini. Kami terlampau sering menghabiskan waktu bersama, bercerita, bersenandung dan 1 kebiasaan kami yang selama lebih kurang 3 tahun silam terus kami lakukan. Memandangi langit malam beserta isinya.
kau harus lihat kuasa sang pencipta, bagaimana dengan sempurnannya ia menciptakan semesta beserta isinya tanpa ada cacat sedikitpun. Ikutlah denganku, kita akan berdamai dengan alam”
Dan tanpa pikir panjang aku langsung memutuskan untuk ikut dengannya. Malam itu kami membaringkan tubuh di rerumputan taman kota.
lihat” ujar Nino sambil menunjuk ke arah langit.
Kelopak mataku melebar, mulutku mulai menganga karena kagum akan keindahan langit malam itu. Aku menatap Nino, dan Nino pun menatapku. Kami tersenyum, dan kemudian menatap lagi ke arah langit.
No, aku harap ini bukan terakhir kalinya aku dapat memandangi lagit malam. Aku masih punya malam-malam selanjutnya kan no?”
kamu selalu punya langit malam untuk dipandangi kapan dan dimanapun kau berada lin. Selagi bisa, aku akan terus menemanimu laiknya malam ini”
apakah itu sebuah janji?”
yes, I promise!” dengan tegas ia menjawab pertanyaan itu. Dan dibawah langit malam, di bawah gemerlap jutaan bintang di langit, dengan semilir angin malam yang dingin, Nino menggenggam tanganku.
Malam itu aku seperti terhipnotis keindahan alam dan keindahan seorang Nino yang baru saja menyadarkanku bahwa dunia tak hanya selebar daun talas. Bahwa aku, seorang Berlian oktaviana masih memiliki kemungkinan untuk menapakkan kaki di negara impianku, Perancis. Tak terasa, sudah 1 jam kami menikmati pemandangan langit malam itu. Lalu, nino mengajakku ke kafe favorit kami. Nino menghidupkan laptop dan membuka internet.
Suatu saat, aku pasti kesana.” Sambil menunjuk ke foto menara eiffel yang ada di laptop Nino.
Man jadda wajada berlian. You just have to believe and keep trying. Never give up. Selebihnya, biarkan Tuhan yang menjawab doa dan usahamu”
nino, I haven’t any reasons for give up” Nino tersenyum yakin kepadaku.
Kami sedikit berbincang-bincang tentang Paris malam itu. Nino juga bercerita kepadaku bahwa ia memiliki sahabat baik yang mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di salah satu universitas di Paris. Padahal sahabatnya itu adalah seseorang yang lahir dari keluarga sederhana. Sama halnya dengan diriku. terlahir dari keluarga yang bukan serba berkecukupan namun aku selalu berusaha untuk tidak mengeluh, karena semua yang aku miliki sekarang adalah karunia-Nya. Seburuk apapun itu, aku yakin pasti masih ada sisi baik dari semua ini. Tuhan tidak buta. Ia mengetahui apa yang kita butuhkan. Bukan apa yang kita inginkan.
ini dia orangnya” menunjuk ke sebuah nama di akun facebooknya.
gemilang akbar
jadi kalau dihitung-hitung sudah 5 tahun dia bersekolah di Paris.” Nino meneruskan.
Malam itu pikiranku melayang terbang jauh menembus batas. Entah mengapa malam itu aku memikirkan tentang masa depanku. Masa depan pribadiku, keluargaku dan masa depan hubungan persahabatan kami. Aku hanya terlalu takut kehilangan dia. Orang yang selama ini selalu menemani hari-hariku, mengisi kekosonganku dan penghibur sejatiku. Bagaimana jika aku tak punya waktu lama lagi? Bagaimana jika aku belum sempat mewujudkan impianku untuk menjejakkan kaki di kota Paris? Bagaimana jika Nino tak lagi ada disampingku?
Sirosis, pengerasan hati. Itulah yang menjadi satu-satunya alasan mengapa aku tak henti-hentinya memikirkan soal waktu. Karena aku tak memiliki waktu lama lagi untuk tetap bertahan. Nino tidak pernah mengetahui soal penyakitku ini. Aku tidak ingin ia tahu, aku juga tak ingin Nino merubah sikapnya kepadaku jika ia mengetahui semua ini. Aku ingin Nino memperlakukanku selaiknya Berlian yang ia tahu. Bukan Berlian yang memiliki penyakit sirosis. aku tidak ingin orang-orang mengasihaniku, aku hanya ingin mereka mengetahui apa yang sudah aku berikan untuk hidup ini sebelum aku kembali ke sisi-Nya. Aku hanya tinggal menunggu waktu. Karena satu-satunya yang bisa menyelamatkanku adalah Donor hati. Kedengarannya mustahil memang.
Pikirianku kembali ke dalam rumah. Hari ini aku harus menerima kenyataan bahwa hidup tak selalu seperti apa yang kita inginkan. Bahwa Nino yang aku pikir tak akan mungkin meninggalkanku kini nyatanya harus benar-benar pergi jauh dari kehidupanku.
Malam sebelumya, aku mengirimkan e-mail kepada nino yang berisikan pesan penting yang selama ini aku tutupi darinya.
Nino sahabatku, sebelumnya terimakasih sudah menjadi hadiah terindah di hidupku selama 3 tahun belakangan ini. Terimakasih karena kau tak henti-hentinya membuat aku tersenyum dan menyadari bahwa dunia ini sebenarnya indah jika kita ingin sedikit berdamai dengannya. Terimakasih telah mengajakku menatapi langit di malam hari hampir setiap malam. Aku tak akan pernah melupakan hari pertama kita mulai berkenalan via facebook hingga sampai saat ini kau masih setia menjadi sahabatku. Akupun tak akan pernah melupakan hari pertama kau mengajakku menatapi langit malam dan kau menggenggam tanganku. Nino, aku tak memiliki banyak waktu lagi untuk ku habiskan bersamamu. Sirosis, pengerasan hati. Maaf kalau aku tak pernah bercerita tentang ini kepadamu. Aku hanya tak ingin kalau kau merubah sikapmu kepadaku setelah kau mengetahui semuanya. Aku sudah mengetahui semuanya dari sahabatmu, Dony. Ia bercerita semuanya tentang dirimu dan perasaanmu kepadaku. Akupun menyayangimu, bahkan lebih dari itu. akupun merasakan hal yang berbeda, perasaan ini bukan perasaan seorang sahabat kepada sahabatnya. Namun perasaan wanita kepada lawan jenisnya. Kau telah memberi banyak kenangan kepadaku, kau pun mengajarkan aku banyak hal. Nino, 3 minggu lagi aku akan menikah dengan lelaki pilihan orangtuaku. Aku tak punya pilihan lain, kau tahu kan bagaimana keadaan keluarga kami? Aku butuh biaya untuk mengobati penyakit yang bersarang di tubuhku ini. Maaf kalau aku tak memiliki keberanian lebih untuk membicarakan hal ini kepadamu. Terimakasih Nino untuk segalanya, untuk semua kebahagiaan yang terlajur kau berikan kepadaku, untuk setiap senyum yang kau ukir di wajahku, untuk semua pelajaran tentang hidup yang tak akan mungkin aku lupakan. “
Beberapa jam kemudian nino membalas e-mailku.
Berlian sahabatku, sekaligus orang yang sudah aku cintai sejak lama. Akupun berterimakasih karena kehadiranmu di hidupku membuka setitik cahaya yang kemudian menyinari keseluruhan hidupku. Maaf kalau aku belum berani mengatakan langsung kepadamu tentang perasaanku ini. aku hanya takut kalau semuanya berubah ketika kau mengetahui bahwa aku menyanyangimu lebih dari seorang sahabat. Maaf berlian, akupun tak memiliki waktu lama untuk ku habiskan bersamamu. Aku harus melanjutkan studiku ke hongkong selama lebih kurang 3 tahun. Aku hanya bisa mengikhlaskan kepergianmu dengan lelaki lain, dan berdoa semoga ia yang terbaik untukmu. Berlian, aku akan selalu berdoa untuk kesehatanmu. Semoga Allah mendengar semua doaku. Kamu masih memiliki kemungkinan untuk hidup berlian. Kau membutuhkan donor hati. Ingat kata-kataku? “man jadda wajada berlian, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil” sama halnya dengan penyakitmu. Jika kau bersungguh-sungguh memiliki niat dan tekad untuk sembuh, niscaya Tuhan akan memberikan jalan untukmu. Berlian, esok pagi-pagi sekali aku harus berangkat ke bandara untuk melakukan penerbangan menuju hongkong. Maaf jika kabar ini mengejutkanmu. Maaf juga kalau aku tak memberitahumu soal ini. kau tahu kan ini impian terbesarku? Maaf berlian, jika akupun harus pergi di saat yang tidak tepat. Aku berjanji akan kembali dan orang pertama yang aku temui adalah kau. Terimakasih berlian sudah hadir dalam kehidupanku dan menyinari semua sisi gelap di hidupku. I’ll come back, soon. I love you. “

Dan dengan berakhirnya pesan darinya, aku kini harus benar-benar bangun dari tidur panjangku. Bangkit dari semua rasa sedih dan kecewa. Aku harus kembali berlari dan melihat sekitarku. Entah mengapa setelah membaca pesan dari Nino, aku seperti percaya kalau aku pasti masih memiliki waktu bahkan mungkin sampai 3 tahun kedepan untuk menemui Nino.
man jadda wajada” keajaiban ternyata bukan dari sebuah dongeng. Malam itu aku terbaring di rumah sakit. Sore sebelumnya mulutku mengeluarkan banyak darah. Dokter bilang aku harus segera diberikan pertolongan. Kau tahu? Malam itu juga aku memasuki ruang operasi. Ya, aku menerima donor hati dari seseorang yang tak mau disebutkan namanya. Tapi satu yang aku tahu, calon suamikulah yang mencarikan pendonor hati untukku. Sungguh, tak pernah sedikitpun terbesit di pikiranku kalau dia akan melakukan hal ini. hal yang menyangkut hidup dan matiku. Padahal aku baru saja mengenalnya. Aku memeluknya, dan menangis di pelukannya. Aku tahu dia lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Maka untuk membalas kebaikannya, aku bersedia dinikahinya.
3 tahun berlalu, kini aku sudah menjadi berlian yang berbeda. Berlian yang sekarang telah bersuami dan memiliki 2 orang anak balita. Aku hidup bahagia dengan keluargaku. Hidupku kini telah berubah, keadaan ekonomi keluargaku tak seburuk tahun-tahun sebelumnya. Suamiku adalah pimpinan di suatu perusahaan swasta terkenal di indonesia. Semuanya membaik, seperti apa yang aku harapkan. Seperti apa yang aku minta kepada Tuhan beberapa tahun lalu.
Siang ini aku tengah membeli pakaian untuk anak-anak ku di mall pusat kota. Setelah selesai membeli pakaian, aku memutuskan untuk duduk di kafe untuk menikmati secangkir cappucino. Kafe ini mengingatkan ku kepada Nino, sahabatku. Sudah 3 tahun ini aku samasekali tak mendengar kabar tentangnya. Mungkin ia terlalu sibuk dengan studinya. Di sudut, aku melihat seorang lelaki berpakaian rapih tengah sibuk memainkan iPad-nya. Wajahnya familiar, aku seperti mengenalnya. Sepertinya ia sadar kalau sedaritadi aku perhatikan. Ia langsung melemparkan pandangannya kepadaku.

berlian? Hey!” lelaki itu sedikit berteriak.
hmm ya?” aku menjawab ragu sambil dari kejauhan menerka-nerka siapa dia.
ini aku dony, kamu masih ingat kan?” sambil berjalan mendekatiku.
oh hey don,apa kabar?”
kabarku baik. Bagaimana denganmu? Ohiya aku membawakan berita untukmu. Entah akan menjadi berita baik atau buruk untukmu. Terkait soal Nino”
Siang itu dony bercerita tentang Nino. Ternyata, Nino pun sudah berkeluarga sekarang. Ia mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di Australia. Ia telah memiliki satu anak. Dan kini ia telah berkewarganegaraan australia, Nino menikah dengan anak teman dari ayahnya. Beberapa bulan yang lalu ia pulang ke indonesia selama beberapa hari untuk urusan pekerjaan. Jadi ia tidak sempat mengunjungiku.
Mendengar berita itu, membuatku kembail ke beberapa tahun yang lalu saat aku membaca e-mail darinya. Ia mengatakan bahwa saat ia kembali ke indonesia, orang pertama yang akan ia temui adalah aku. Mungkin ia lupa dengan kata-katanya, mungkin kini aku tak ada lagi di ingatannya, mungkin ia telah mengubur dalam-dalam kenangan masa lalu kami berdua. Namun satu yang harus kau tahu No, sampai saat ini aku masih menunggumu. Menunggu kau hadir menepati janjimu menemuiku. Siang itu semua orang di kafe tempat aku duduk terlihat biasa. Akupun pasti terlihat biasa. Padahal hati ini seperti tertutup awan gelap yang tebal, mata ini telah membendung air yang sebentar lagi akan jatuh, jantungku memompa lebih cepat. Namun aku menyadari, seburuk apapun keadaan psikologisku saat itu. aku akan tetap terlihat biasa. Tak perduli sehancur apapun perasaanku ini, semua orang akan tetap memperlakukan seperti biasanya. Karena hanya kita yang mengerti apa yang kita rasakan sekarang, karena mereka tidak ada di posisi kita. Karena mereka tidak benar-benar mengerti apa yang kita rasakan walaupun mereka seringkali berkata. “sudah,aku mengerti kok apa yang kamu rasakan”. Mereka tidak benar-benar berada di posisi kita.
Butiran debu kini menari-nari di atas aspal hitam saat aku baru saja melangkah menuju kendaraan pribadiku. Pepohonan berjajar di pinggir jalan seakan menyapaku satu persatu. Matahari kini berganti awan mendung, angin sore menyapu desiran pasir coklat jalalan. Rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi. Nyanyian burung seketika berganti irama hujan. Pikiranku kembali saat hari pertama mengetahui kalau Nino harus pergi, hari pertama setelah aku memberi tahu Nino bahwa aku akan menikah, dan hari terakhir aku menerima kabar darinya. Sore ini hujan turun, sama seperti 3 tahun yang lalu.[dov]

Started From Social Media


oleh Desy Oktaviani

Semua ini berawal dari social media. Semenjak beberapa tahun silam, sosial media benar-benar telah memengaruhi kehidupan pribadiku. Kemunculan Facebook, dan Twitter tak bisa kupungkiri dengan cepat dan mudah telah mengubah kehidupanku. Hari itu, sekitar setahun lalu, saat masih duduk di bangku kelas satu SMA, aku tengah memperhatikan sekitarku dari koridor depan kelas. Melihat kebawah, memperhatikan gerak-gerik kakak kelasku yang saat itu sudah di bangku kelas 3. Ya, itulah kebiasaanku saat istirahat dan saat guru bidang studi absen. Diam dan memperhatikan sekitar.
Di balkon kelas itu, sekitar setahun lalu, aku melihat seorang gadis bertubuh mungil, cantik, senyumnya manis, rambutnya indah dan satu hal yang membuatku selalu ingat padanya, ia selalu mengenakan pita di rambutnya. Membuat ia terlihat semakin cantik. Wajahnya familiar sekali. Kini aku mulai mengingat kejadian itu lagi. Ternyata ia kakak kelasku sewaktu di Sekolah Menengah Pertama. Setelah mencari tahu dan bertanya ke teman-teman sebaya, akhirnya aku tahu, Mira namanya. Nama yang indah dan cocok untuk perempuan sepertinya. Entah mengapa, mulai saat itu aku mulai sering memperhatikannya.
Kriiiiiinnggggg...”
Bel sekolahpun berbunyi. Petanda kalau proses belajar-mengajar telah selesai. Siang itu aku tengah membaringkan tubuh di kasur kamar yang selama dua tahun ini menjadi tempat melepas lelah dan penat setelah seharian beraktivitas. Saat itu, statusku adalah seorang pelajar dan juga pengguna aktif sosial media, khususnya Twitter. Seperti biasa, siang itu aku membuka akun Twitter pribadi. Di timeline, aku melihat seorang temanku me-ReTweeted dari akun Twitter bernama @miraelsya. Yap, ini adalah akun twitternya Mira, kakak kelasku yang akhir-akhir ini sering kuperhatikan.
Singkat cerita, beberapa bulan kemudian aku mulai mengenal Kak Mira lebih dekat melalui Twitter. Pelahan aku pun tahu bahwa Kak Mira memiliki seorang kekasih yang juga ketua osis di sekolahku. Kak Mira adalah gadis yang ramah, dan karena keramahannya itu dia membuka dirinya untuk siapa saja yang ingin mengenalnya lebih dekat, walau hanya sebatas berbalas mention. Entah bagaimana ceritanya, sejak saat itu aku menjadi merasa benar-benar dekat dengannya. Setahun berlalu, Kak Mira harus meninggalkan bangku SMA dan melanjutkan studinya ke perguruan tinggi. Universitas Indonesia adalah salah satu perguruan tinggi tujuannya. Hari itu ia akan mengikuti Simak UI. Aku langsung membuka ponselku dan mengetik pesan yang berisikan doa untuknya. Lalu dia pun menjawab dengan penuh keyakinan. Sekitar seminggu kemudian, aku menanyakan hasil simak UI-nya. Ia gagal, namun ia tak pernah berlarut-larut dalam kesedihan. Ia bangkit dan yakin kalau tuhan memiliki rencana lain yang lebih baik untuknya. Sekarang ia melanjutkan studinya di Universitas Multimedia Nusantara. Universitas swasta yang terbilang baru namun memiliki kualitas yang tak kalah dengan universitas-universitas swasta atau negeri lainnya. Aku salut akan semangatnya, kegigihannya dan keyakinannya akan hidup. Perempuan cantik berambut indah itu tanpa kusadari telah membuat aku berdecak kagum atas apa yang telah ia perbuat untuk dirinya.
Saat itu, setahun lebih ia telah menjalin hubungan dengan kekasihnya. Namun kini seperti ada yang berubah. Aku tak lagi melihat sapaan hangat mereka berdua di timeline ketika pagi. Aku tak lagi melihat candaan konyol mereka ketika sore dan ucapan selamat tidur mereka ketika malam. Kau tahu, kekasih Kak Mira itu satu tahun lebih muda darinya. Jadi ia adalah adik kelas Kak Mira pada saat itu. Aku mendengar kabar bahwa sekarang hubungan mereka telah berakhir. Tentu saja aku terkejut dengan berita itu. Pasangan kekasih yang aku tahu selama ini baik-baik saja sekarang telah berubah status. Tapi yang lebih mengiris hatiku adalah, kabarnya sang laki-laki telah menyukai perempuan lain yang tak lain tak bukan adalah teman se-angkatanku yang juga juniornya di OSIS. It’s hard to believe!. Aku mengkhawatirkan keadaan fisik Kak Mira saat ini, terlebih kondisi psikologisnya. Bagaimana keadaan ia sekarang setelah mengetahui bahwa orang yang ia cinta dan percaya selama satu tahun lebih ini dengan mudahnya mengingkari semua janji-janjinya, melupakan jutaan kata-kata cintanya dan melupakan semua kenangan masa lalunya, kemudian menutup buku lama dan tanpa pikir panjang membuka lembaran baru dengan yang lain.
Siang itu sepulang sekolah, aku dan sahabat-sahabatku memutuskan untuk pergi ke mall baru di kota kami untuk bersantai dan menikmati secangkir kopi dan berberapa donat. Saat tengah asyik mengobrol, pandanganku tertumbuk pada sesosok wanita yang dari kejauhan terlihat tak asing lagi di mataku.
Kak Mira!” aku sedikit berteriak
Hah? Deeeessssyyyy!” ia memanggilku dan segera menyambutdengan pelukan hangatnya.
Yaampun, Kak. Aku kangeeeen banget”
Iya sama, aku juga. Nggak nyangka bakal ketemu disini.Hehehe...”
Setelah ikut duduk bareng, dari mulut Kak Mira aku pun mendengar bahwa ternyata ia sudah putus dengan pacarnya. Sungguh, aku tak rela jika harus melihat senyum yang terukir di wajahnya itu sedikit demi sedikit terkikis dan hilang saat ia menceritakan hubungannya dulu dengan mantan kekasihnya. Siang itu dia banyak bercerita, hingga kamipun terlarut dalam kisahnya. Tanpa sadar, aku terus memerhatikan wajahnya dan melihat airmata telah membendung di kelopak matanya. Aku yang saat itu berada tepat di sampingnya refleks menangis mendengar ceritanya, dan melihat ia tengah membendung air mata yang sebentar lagi akan jatuh. Tapi aku tahu, Kak Mira tegar. Mungkin ia terlalu lelah menangisi semua ini. Menghadapi kenyataan bahwa orang yang mengajarkannya banyak hal,yaitu kesederhanaan, arti kebahagiaan dan cinta kasih, kini memutuskan untuk pergi dari kehidupannya. Kak Mira mengatakan bahwa mereka memiliki satu buku yang berisi janji-janji mereka berdua saat mereka masih bersama. Bahkan mereka memiliki mimpi untuk membangun hubungan rumah tangga dan itu dituliskan dalam sebuah buku yang mereka tandatangani. Namun ternyata tuhan berkata lain, Kak Mira harus menghentikan semuanya sebelum ia tersakiti terlalu jauh. Ia yang selalu ceria dan kerap berhasil menutupi kesedihannya itu, kini benar-benar telah kehilangan senyum indahnya. Tawa riangnya telah berganti dengan tangis sedih.
Usai bertemu Kak Mira siang itu, malam harinya aku memutuskan untuk membuka blognya dengan nama akun mirabarney.blogspot.com. Belum lagi lima menit aku membacai tulisan yang baru saja ia posting, aku pun tak kuasa menahan airmata. Dari tulisannya, aku tahu sekarang ia sangat terpukul dan sedang mencoba bangkit untuk menyusun kembali serpihan-serpihan semangatnya dulu. Membaca tulisan itu membuatku tergugah untuk memberikan dorongan untuknya agar tidak terus-menerus berada dalambayangan masa lalu. Ia harus melihat kedepan dan memperhatikan sekitarnya, bahwa masih banyak orang yang ingin dia tetap menjadi Mira yang dulu. Mira yang tak henti tersenyum dan selalu membawa kebahagiaan kepada orang di sekitarnya. Malam itu juga aku memutuskan untuk mengomentari tulisannya. Aku berharap komentar itu dapat sedikit mengubah keadaan psikologisnya dan membuat ia sadar bahwa senyumnya adalah sebentuk kebahagiaan untuk orang-orang terdekatnya.
Kak Mira sempat terkejut membaca komentarku. Ia tidak mengira kalau aku akan membaca blognya. Sesungguhnya, ia mau membaca komentar itu saja sudah cukup untukku. Tapi kali ini ia memutuskan untuk memposting komentar itu ke dalam blognya. Beginilah tulisan yang aku ketik malam itu untuknya.
Dear: Kakakku tercinta, Mira Elsya Nadia
Aku baru membaca postingan blog kakak ini jam 21:50. Diaz memberitahuku untuk membacanya tadi pagi. Katanya ia tidak bisa menahan airmata saat membaca tulisan kakak ini. Diaz benar. Akupun tak kuasa menahan airmataku, Kak. Seperti kata pepatah,semakin besar pohon,semakin besar juga angin yang menerpanya. Kakak tau artinya? Kakak adalah pohon besar itu. Kakak adalah manusia yang sekarang sedang diberi cobaan oleh Yang Mahakuasa. Aku percaya kakak pasti bisa menghadapi semua ini. Karena Allahtidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Allah sedang menyayangi kakak. Dia sedang mengukur sampai mana kira-kira kemampuan kakak dalam menghadapi cobaan yang diberikan-Nya.
Sekarang,sudah tidak ada lagi yang bisa kakak harapkan dari seorang yang jelas jelas telah mengkhianatimu,Kak. Pergi jauh-jauh dari kenangan masa lalu itu. Meski indah, namun percayalah,Kak,tuhan pasti punya rencana lain. Habis gelap,terbitlah terang. Anjing menggonggong,kafilah berlalu. Nasi sudah menjadi bubur,Kak. Menyesalpun tak ada guna. Lebih baik sekarang kakak bangkit dan buka mata selebar-lebarnya, dan lihat di sekelilingmu. Masih banyak orang yang lebih menderita bahkan hampir tak sanggup memikul beban yang di tanggungnya. Kakak masih beruntung. Masih banyak orang-orang yang peduli padamu. Masih banyak orang yang mengharap senyum manis dan tawa riangmu yang dulu,terbit lagi di raut wajah yang ceria itu. Tersenyumlah,Kak. Tersenyum untuk dirimu,ayah,ibu,sahabat-sahabatmu,kakak dan juga adik-adikmu. Tersenyumlah karena Allah itu adil. Allah masih membiarkan malaikat-malaikat kecilnya menari-nari bersamamu,Kak. Bukankah itu sebuah kebahagiaan yang tiada tara? Jujur,akupun tak kuasa menahan tetesan air mata setiap mengingatmu,Kak. Mengingat ceritamu,mengingat betapa indahnya kenangan yang dulu kau miliki. Kak,yang terbaik ialah apa yang kau miliki sekarang.
Berat memang meninggalkan rumah yang sudah kita tinggali sejak kecil. Meninggalkan teman-teman,tetangga,dan kenangan-kenangan yang sudah terajut sejak kecil. Semoga kenangan-kenangan itu bisa muncul kembali dan membuat Kakak tersenyum lagi. Tersenyum dan menyadari bahwa Kakak tidak bisa terus-menerus tinggal di masa lalu. Kakak harus bangkit dan terus berjalan menuju pintu masa depan yang sudah terbuka lebar bagi orang yang hatinya mulia seperti Kakak. Karena bisa mengikhlaskan dia yang Kakak sayang bahkan cintai, dan merelakan dia pergi dengan yang lain. Inilah hidup,Kak,hambar rasanya bila tanpa masalah. Beruntunglah kita orang-orang yang masih diberikan masalah dan cobaan oleh Allah. Semua masalah dan cobaan yang datang adalah sesuatu yang bisa menandai sampai mana kira-kira derajat kita. Sudahkah kita menjadi manusia yang berkualitas dan cukup dewasa untuk menyelesaikan dan menghadapi masalah tersebut.
Kak,ucapkan selamat datang untuk semua kebahagiaan baru,semangat baru dan senyuman yang lebih indah dari sebelumnya. Selamat datang Kak Mira yang baru! Kak Mira yang lebih bisa menerima kenyataan. Kak mira yang tak bisa berhenti menebar kebahagiaan. [DOV]

For Some People Social Media is Nothing, for Teenagers Social Media is Something.


Social media. Kata yang tak asing di telinga kita. Mustahil jika anak seusiaku tidak mengetahui apa itu social media. Bisa dipastikan jika semua anak seusiaku pasti paham betul apa social media. Namun, apakah social media itu sendiri memiliki peran penting bagi kalangan yang bukan seusiaku? Apakah social media itu berpengaruh besar bagi beberapa orang yang tak mengerti bahkan tak menggunakannya? Bisakah mereka hidup tanpa social media? Seberapa besarkah pengaruh social media bagi orang-orang tersebut? Mungkin jika kutanyakan pertanyaan ini kepada anak seusiaku, jawabannya seperti ini.
Ya, sosial media memiliki peran penting bagi remaja yang sudah mengenal dan mengerti betul, akan sangat sulit jika harus meninggalkan kebiasaannya menggunakan dan bersosialisasi dengan sosial media. Sosial media amat sangat berpengaruh bagi kehidupan remaja masa kini.
Mengapa demikian? Sudah bisa dipastikan bahwa kehidupan remaja masa kini tidak lepas dari peran sosial media. Sebut saja friendster yang dulu pernah booming, dan facebook yang sampai saat ini masih aktif digunakan oleh para penggunannya. Begitupun dengan twitter. Mungkin bagi remaja masa kini memiliki dan menggunakan sosial media adalah suatu kewajiban dan keharusan. Karena jika tidak,kemungkinan besar mereka akan di ejek dan dikucilkan oleh teman sebaya-nya dengan julukan “gak gaul”. Hal seperti inilah yang mendorong para remaja yang dulunya tidak tertarik pada sosial media kamudian sekarang mereka harus memaksa dirinya untuk membuat akun jejaring sosial dan menggunakannya.
Sebagian mungkin menelantarkan begitu saja akun jejaring sosialnya karena setelah membuatnya mereka merasa tidak bisa mendapatkan apa-apa dari itu dan tidak ada yang membuat mereka tertarik dari itu. Namun sebagian justru sebaliknya. Setelah membuatnya mereka menjadi sering menggunakan bahkan kecanduan dengan akun jejaring sosial mereka. Kasus-kasus seperti ini sudah taka sing lagi di telinga para remaja. Mereka yang sampa sekarang masih menggunakan facebook dan twitter pasti pernah merasakan kecanduan dengan itu. mungkin mereka merasa mendapatkan sesuatu dari itu. Entah itu teman baru,pekerjaan baru bahkan musuh baru. Karena semakin sering kita berjejaring sosial dengan siapapun,orang yang tadinya kita pikir mustahil untuk mengenalnya karena jarak,kini menjadi mungkin karena peran sosial media. Inilah yang melatar belakangi para remaja masa kini sangat menggandrungi sosial media. Karena sosial media juga kini para remaja yang memiliki kreativitas dan bakat di bidang tertentu bisa mengembangkannya lewat jejaring sosial. Sebut saja blog.
Kini blog sangatlah fungsional. Kalau dulu kita mengenal blog sebagai tempat untuk memposting tulisan,kini fungsi blog telah dikembangkan oleh para remaja kreatif. Fashion blog contohnya. Kini fashion blogger bertebaran dimana-mana. Karena mereka memiliki bakat di bidang merancang baju dan tidak memiliki lahan untuk membagi dan menunjukkan hasil karyanya,akhirnya blog dipilih sebagai sarana mereka untuk itu. Begitupula dengan twitter,banyak yang mengalih fungsikan twitter. Ambil contoh sebagai berikut. Ibu andi yang tadinya hanya bisa menjual keripiknya di sekitaran rumah dan sekolah andi,kini bisa mengembangkan bisnisnya bahkan sampai keluar kota berkat twitter. Karena andi membantu mempromosikan barang dagangan ibunya kepada teman-temannya lewat twitter. Facebook pun demikian,banyak sekali yang mencoba mengais pundi-pundi rupiah dengan cara berdagang lewat facebook. Atau sebut saja online shop. Sebagian besar pengguna facebook pasti pernah di undang sebagai teman oleh online shop atau bahkan di bagikan foto barang dangangan mereka padahal belum tentu kita tertarik dengan itu,beberapa orang bahkan mengahpusnya dari pertemanan karena merasa terganggu dengan online shop yang hanya bisa memenuhi beranda facebook.
Bagi sebagian orang khususnya remaja,sosial media adalah sesuatu yang dapat menghasilkan sesuatu lagi. Oleh karena itu sampai sekarang sosial media masih tetap dekat dengan kehidupan remaja. Karena berjejaring sekarang semakin mudah,menyenangkan dan menguntungkan karena peran sosial media. Dan karena pernan sosial media juga jarak bukanlah suatu alasan lagi di masa kini. Jarak tidak lagi terasa karena kini berjejaring dengan orang yang di luar Negara kita menjadi lebih mudah berkat sosial media. Segala hal yang sebelumnya kita pikir tidak mungkin kini menjadi mungkin berkat sosial media. Fungsi dan manfaatnya tidak bisa dipungkiri lagi membuat segalanya menjadi lebih mudah.
Lalu bagaimana dengan orang-orang yang tidak berjejaring sosial atau dengan kata lain tidak menggunakan sosial media? Apa mereka merasakan hal yang sama dengan para remaja yang tidak tidak menggunakan sosial media sebagai media bersosialisasi? Jawabannya mungkin tidak. Karena bagi mereka sosial media tidak memiliki peran penting dan juga tidak begitu berpengaruh bagi kehidupan mereka. Mereka tetap bisa bersosialisasi dengan orang lain tanpa sosial media,bahkan di belahan Negara lain sudah ada yang mulai meninggalkan kebiasaanya menjadi masyarakat modern dan kembali menjadi masyarakat tradisional. Tidak berjejaring sosial bukan berarti menghambat mereka untuk menjalin hubungan dengan orang lain yang memiliki jarak dengan mereka. Sosial media hanya memudahkan dan mereka tetap bisa bersosialisasi tanpa itu. mungkin bagi mereka masih banyak sarana dan cara lain untuk bersosialisasi bukan hanya dengan sosial media. Terjun langsung ke lapangan misalnya,akan lebih efektif untuk bersosialisasi. Karena jika di facebook kita hanya bisa sebatas chatting atau saling berbalas tweet. Tapi jika terjun langsung ke lapangan mereka bisa mengobrol secara langsung dan menganal pribadi masing-masing lebih jauh. Jejaring sosial memiliki keterbatasan dalam hal itu. paling-paling hanya sebatas video chat. Tapi itulah hidup, pilihan. Sebagian orang mungkin sangat tergila-gila dengan sosial media yang kini sedang marak. Tapi sebagian orang mungkin biasa saja bahkan tidak memperdulikan sosial media. Karena mereka merasa tidak bisa mendapatkan apa-apa dari itu dan tidak merasa tertarik sama sekali dengan hal itu. kini kembali kepada diri kita masing-masing. Jika kalian termasuk orang yang menggandrungi sosial media,berjejaringlah dengan baik dan manfaatkan dampak positif dari perkembangan sosial media. Karena pengguna yang baik akan mendatangkan sesuatu yang baik juga. Jika kalian termasuk orang yang tidak memperdulikan sosial media, tidak apa karena itu adalah hak kalian. Tetaplah bersosialisasi meskipun tanpa sosial media. Semoga pada akhirnya dampak negative dari sosial media dan penyalahgunaan sosial media akan sedikit demi sedikit terhapus karena itu hanya bisa merugikan banyak pihak yang berjejaring dan ber sosialisai dengan sosial media. [dov] Feb-2012.

Ini adalah essai buatan saya saat masih belajar menulis.