Baru saja wajah senja hangat menatapku, kemana kau pergi, angin timur?
Tetaplah berhembus disini, bersama sejukan dada dengan lembutmu.
Sebenar benarnya dirimu adalah angin yang membawa rinduku muara ke
sungaimu.
Jika malam kau tak tahu dimana tinggal cahaya, didadakulah ia
bersemayam.
Dengan segala keresahan atas penantian, tak ada yang lebih muram dari
guratan nyala purnama pucat malam.
Waktumu tak sampai satu malam, aku sudah kehabisan ruang pengaduan,
untuk rinduku bersemayam.
Pulanglah angin timur, angin pembawa sejuk, milik segala yang rindunya
tak pernah mengenal malam.